KLIKJOGJA | Sleman - Bertempat di Ringin Kuning, Sambilegi Lor, Maguwoharjo, Depok, Sleman, puluhan Tosan Aji (Pusaka) mengikuti Jamasan yang diselenggarakan Padukuhan Sambilegi bekerjasama dengan Paguyuban Pametri Wiji, minggu, 13 Juli 2025.
Sambutan tuan rumah diwakili Dukuh Sambilegi Lor Agus Triyono, S.S. didampingi Praktisi Budaya Hari Wijaya, S.S.,M.Si. dan Ketua Yayasan Pamerti Budaya Catur Sagatra Mataram Ki Ariyo Tirto Negoro.
Kegiatan dilanjutkan edukasi dan jamasan dipimpin Mas Riyo (M.Ry) Purwosusilohartoko dan Mas Bekel (Mb) Martahadihidayat, S.Pd. bersama Team Pametri Wiji Mas Jajar (Mj) Widiyatmosuwito, Bintoro Purnawan, S.E. dan Agung Prabowo.

Edukasi tara cara jamasan pusaka Pakem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat disampaikan R. Wahyu Padmana, S.H.,MSi. yang juga asesor keris di LSP.Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Menurut Wahyu, masyarakat yang ingin melakukan jamasan atau siraman sebaiknya mengambil waktu setelah siraman pusaka Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dilaksanakan yaitu pada selasa atau jumat kliwon dibulan suro.
Merawat Pusaka bisa dilakukan dengan cara jamasan ataupun siraman. Jamasan dilakukan dengan pembersihan pusaka menggunakan air, jeruk dan mengolesinya dengan minyak. Sedangkan siraman dilakukan seperti jamasan namun ditambah proses mewarangi pusaka agar pamornya menjadi jelas dan menyala.
Pusaka Tosan Aji merupakan Tosan Aji yang mempunyai nilai khusus bagi pemiliknya sehingga perlu dimuliakan dan di lestarikan dengan diperlakukan menggunakan adab yang benar, dirawat secara rutin dan disimpan ditempat yang baik, bersih dan tidak lembab.
Di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat perawatan pusaka dilakukan rutin dan berkala menggunakan "SOP dan Checklist" Siraman Pusaka di Kraton Ngayogyakarta, Checklist antara lain dengan memberikan bunga sebagai tanda bahwa pusaka telah di lihat dan dirawat.
Terkait adanya kemenyan dan sajen disetiap prosesi siraman pusaka, Waktu Padmana menjelaskan bahwa tidak ada unsur "klenik" didalamnya. Penggunaan kemenyan dimaksudkan untuk menciptakan suasana tenang dan nyaman sehingga petugas yang melakukan siraman dapat fokus menjalankan tugas dengan baik.
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak mengenal adanya persembahan. Yang ada adalah Doa, Syukur dan Sedekah. Sajen merupakan sesuatu yang disajikan dan merupakan sedekah yang diberikan Raja kepada rakyat.
Oleh karena itu isi sajen dipilih barang yang terbaik dan disukai Raja untuk diberikan sebagai sedekah kepada rakyat nya. Biasanya sajen dari Kraton dimanfaatkan Abdi dalem atau masyarakat sebagai berkah pemberian Raja dan sajen tersebut harus "mbejaji" (berguna-red) karena dimaknai sebagai bentuk syukur dan harapan kepada yang Kuasa.
Mengingat pentingnya pelestarian budaya Tosan Aji dan memuliakan Pusaka maka diperlukan edukasi dan peran serta dari para pemangku kepentingan agar masyarakat dapat memuliakan dan melestarikan pusaka dengan baik dan benar.
0 Komentar