IKLAN

Yogyakarta Komik Weeks Ajang Taji Para Komikus Muda Yogya

 


Jogja,(Klikjogja.com)--Di era digital ini, budaya komik telah mengalami transformasi besar. Dari bentuk cetak ke platform digital, komik telah menemukan cara baru untuk berinteraksi dengan audiensnya. Webtoon, komik digital, dan animasi pendek telah memperluas jangkauan komik, menjangkau pembaca di seluruh dunia dengan lebih cepat dan lebih mudah. Dengan ini, komik tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang, menjadi bagian dari budaya global yang terus berubah.

Yogyakarta Komik Weeks (YKW) kembali digelar, kali ini menapak ke 6 kalinya. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada 11-20 Oktober 2024 di Langgeng Art Foundation, Yogyakarta. Selain pameran, Yogyakarta Komik Weeks melibatkan 30 siswa-siswi SMA/SMK dalam Hasil Workshop dan Lomba Komik Kukuruyug #10 dan juga 30 Seniman Komik yang telah terkurasi.

Sebelum pameran ini dilaksanakan, telebih dahulu telah diselenggarakan sebuah lokakarya dan lomba komik Kukuruyug #10 pada 22-23 Agustus di Kaliurang, Sleman. Acara yang didukung sepenuhnya oleh Dinas Kebudayaan DIY dan komunitas Mulyakarya Seniman Kolektif sebagai pelaksana ini menyasar pelajar SMA/SMK sederajat se-DIY.


Yogya Komik Weeks kali ini mengusung tema “Konsisten Sekuen”. Di mana pameran berusaha mengangkat konsistensi para komikus, atau cergamis, atau Indo-mangaka, atau author, atau apapun namanya, yang menghadirkan gambar sekuensial sebagai medium bercerita dan menyampaikan pesan yang terus mengisi ruang literasi gambar para pembacanya.


Kurator Pameran Yogyakarta Komik Week 2024, Terra Bajraghosa mengatakan, konsistensi tersebut sekaligus dapat dilihat sebagai sekuen masa yang mampu menginspirasi munculnya lapis demi lapis generasi komikus-komikus berikutnya yang terus bertumbuh.


“Untuk itulah tema kuratorial Konsesten Sekuen hendak ditawarkan kepada seniman komik undangan dalam pameran Yogyakarta Komik Weeks 2024, untuk secara fleksibel dapat diinterpretasi, diterjemahkan, ditawar, ataupun dikritik, dengan konsistensi karya masing-masing,” kata Terra, Jumat (11/10).


Kurator Kukuruyug #10, Danang Catur menyampaikan kegiatan ini diikuti oleh 100 peserta pelajar SMA/SMK sederajat dari 42 sekolah se-DIY. Kegiatan kali ini mengambil tema “Sumbu Filosofi sebagai inspirasi dalam membuat komik tentang Jogja”.


Kegiatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana konsep Sumbu Filosofi dapat diterjemahkan ke dalam karya komik oleh para pelajar. Komik, sebagai medium yang kuat dalam menyampaikan cerita dan gagasan, memungkinkan pelajar untuk menggambarkan bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam Sumbu Filosofi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di Yogyakarta.


Melalui komik, pelajar diajak untuk merenungkan bagaimana keseimbangan antara budaya, spiritualitas, dan modernitas dapat dipertahankan dalam konteks yang terus berubah.


“Acara ini diharapkan dapat menjadi pengalaman yang edukatif, menyenangkan, dan memotivasi, serta memberikan manfaat jangka panjang dalam pengembangan keterampilan dan minat anak-anak muda dalam bidang seni visual dan literasi,” kata Danang.


Ia menambahkan, komik lebih dari sekadar hiburan atau dokumentasi budaya, tetapibkomik adalah alat literasi yang kuat. Dalam dunia yang semakin visual, komik menjadi jembatan antara teks dan gambar, membantu membangun keterampilan literasi yang lebih luas.


“Melalui komik, literasi menjadi lebih inklusif dan menarik. Bagi pembaca muda, komik seringkali menjadi pintu masuk pertama menuju dunia buku dan membaca. Karakter-karakter yang kuat dan cerita yang menghibur memotivasi mereka untuk mengeksplorasi lebih jauh, menumbuhkan kecintaan pada membaca. Dalam pendidikan, komik telah diakui sebagai alat yang efektif untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran, dari sejarah hingga sains, dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami,” jelasnya.


Kepala Seksi Senin Dinas Kebudayaan DIY, Zita Uttungga Dewi Maharani mengatakan komik merupakan media komunikasi alternatif yang komunikatif dan menghibur. Hal itu dapat menjadi upaya dalam mengarsipkan pengetahuan dan kekayaan budaya serta meneruskannya ke generasi muda.


“Dengan mengusung berbagai fenomena budaya, ragam perilaku, dan nilai-nilai kehidupan kami berharap kegiatan Pekan Komik ini selain hadir sebagai sebuah perayaan dan ajang apresiasi karya, juga merupakan sarana untuk terus menggulirkan semangat pelestarian budaya yang semakin memperkuat karakter pribadi generasi muda kita,” tandas Zita. (*)

Posting Komentar

0 Komentar